Jika Anda “Overqualified”

Anda sudah begitu percaya diri bahwa Anda akan diterima di perusahaan besar yang Anda incar selama ini. Wawancara pun berlangsung dengan lancar dan Anda merasa telah memberikan jawaban yang terbaik. Tetapi, undangan ke tahap berikutnya tak juga Anda terima. Sampai akhirnya Anda sadar, tak diterima sebagai karyawan di perusahaan tersebut.

Hal ini tentu terjadi bukan karena perusahaan tersebut batal menerima karyawan baru. Coba ingat, apakah Anda telah melakukan hal-hal berikut ini.

1. Salah menjawab saat wawancara

Menurut Joyce Lain Kennedy, kolumnis dan penulis sejumlah buku panduan tentang karier, salah satu penyebab yang membuat nama Anda dihapuskan dari daftar calon pegawai adalah keliru menjawab saat menjalani sesi wawancara. Jika pewawancara menyinggung tentang status Anda yang overqualified, jangan tergesa-gesa mengiyakan pendapatnya.

“Katakan bahwa Anda bukannya overqualified, melainkan fully qualified. Dengan kata lain, Anda sanggup menyelesaikan pekerjaan dengan hasil di atas ekspektasi tanpa perlu mendapatkan supervisi ekstraketat. Hal itu tentunya bisa menjadi poin yang menguntungkan bagi perusahaan. Ungkapkan pula pertimbangan di balik pilihan Anda untuk bekerja di perusahaan tersebut dan bukannya di perusahaan lain,” ujar Kennedy.

2. Kelewat percaya diri

Menyadari bahwa dirinya memiliki kualifikasi di atas rata-rata terkadang membuat seseorang bersikap jumawa dan tidak bersikap sungguh-sungguh dalam menjalani proses perekrutan pegawai. Jika ini yang Anda lakukan, jangan heran bila petugas HRD tidak memanggil Anda kembali. Tunjukkan sopan santun dan harapan tulus Anda untuk dapat diterima bekerja di tempat tersebut.

3. Salah persepsi soal gaji

Salah satu alasan yang menyebabkan pelamar dengan kualifikasi tinggi tidak diterima bekerja adalah pihak perusahaan khawatir Anda akan menuntut nominal gaji di atas jumlah rata-rata. Untuk menghindari kesalahan persepsi ini, sejak awal Anda mesti berupaya meluruskan duduk persoalannya.

“Jika petugas perekrutan menanyakan tentang gaji Anda sebelumnya, Anda dapat menghindar dengan mengatakan bahwa saat ini Anda berorientasi ke masa depan dan bukannya ke masa lalu. Katakan bahwa pertimbangan Anda dalam bekerja bukan semata-mata penghasilan, tetapi juga tantangan dan pengalaman dalam bekerja,” ujar Kennedy.

4. Dicurigai akan jadi “kutu loncat”

Alasan lain yang membuat petugas perekrutan menyisihkan pelamar yang memiliki profil kelewat tinggi adalah kekhawatiran bahwa orang tersebut tidak akan lama menempati kursinya alias Anda dicurigai akan menjadi “kutu loncat” dalam hitungan bulan. Jika ini terjadi, tentu perusahaan akan dirugikan karena terpaksa menggelar proses perekrutan kembali.

“Sekali lagi, ungkapkan alasan Anda memilih bekerja di perusahaan tersebut ketimbang di perusahaan lainnya,” ujar Kennedy. Bila masih dianggap belum cukup meyakinkan, tak ada salahnya Anda meminta kontrak kerja yang mencantumkan bahwa Anda tidak akan hengkang dari perusahaan tersebut dalam jangka waktu minimal satu tahun ke depan.

5. Menyiasati turun jabatan

Sebagai seseorang yang pernah berada di posisi upper management, wajar saja bila orang lain khawatir Anda akan mengalami post power syndrome apabila ditempatkan di posisi middle management kembali. Biasanya kekhawatiran yang muncul adalah seputar bisa atau tidaknya Anda mengikuti flow kerja di tempat baru dan kesediaan Anda untuk mengikuti instruksi atasan.

Untuk mengatasi hal ini, tekankan kepada petugas perekrut bahwa Anda adalah seseorang yang memiliki mental profesional. Di mana pun ditempatkan, Anda akan mampu beradaptasi dengan budaya kerja setempat dan bertanggung jawab kepada calon atasan Anda kelak meski usianya lebih muda. “Katakan bahwa jabatan bukanlah fokus utama Anda dalam berkarier saat ini,” papar Kennedy.

Sumber:kompas.com