Merokok Tingkatkan Risiko Buta di Hari Tua


Satu lagi alasan yang bisa dipertimbangkan perokok untuk segera menghentikan kebiasaannya merokok. Peneliti menemukan hubungan antara rokok dan kebutaan. Rokok ternyata bisa meningkatkan risiko Age-related Macular Degeneration (AMD) atau kebutaan pada usia lanjut.

Hasil studi yang dipimpin oleh Dr Anne Coleman, profesor ophthalmology dari Jules Stein Eye Institute, University of California, Los Angeles (UCLA) ini dipublikasikan dalam American Journal of Ophthalmology.

Penyakit AMD menyebabkan penglihatan buyar dan gelap hingga akhirnya kemampuan membaca,

menyetir dan mengenali orang menjadi berkurang bahkan hilang. Penyakit yang menyerang bagian makula (inti retina) ini sangat progresif dan menurunkan kualitas hidup.

Merokok adalah faktor kedua yang paling berisiko menyebabkan AMD selain faktor pertamanya yang tidak dapat dicegah, yakni penuaan.

Dalam studinya, Coleman menghubungkan antara pengaruh merokok terhadap risiko AMD di kemudian hari. Sebanyak 2.000 wanita dan pria berusia 78 hingga 83 tahun disurvei mengenai kebiasaanya merokok dan diminta melakukan tes untuk mengetahui risiko penyakit AMD.

Hasilnya adalah, secara keseluruhan para perokok memiliki risiko penyakit AMD 11 persen lebih tinggi dibanding partisipan yang tidak merokok pada usia yang sama. Khusus partisipan yang berusia di atas 80 tahun, penyakit AMD cenderung berkembang 5,5 kali lipat lebih tinggi pada partisipan yang punya kebiasaan merokok.

"Rokok terbukti meningkatkan risiko AMD. Adanya rekomendasi ini seharusnya bisa menjadi perhatian bagi para perokok untuk segera berhenti merokok, bahkan perokok usia lanjut sekalipun," kata Coleman seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Selasa (12/1/2010).

Secara sederhana, rokok meningkatkan risiko AMD dengan cara mengurangi level antioksidan dalam darah dan mengubah aliran darah ke mata serta mengurangi jumlah pigmentasi dalam retina.

"Satu lagi alasan untuk berhenti merokok bukan? Intinya adalah tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok," ujar Dr Paul Sieving, direktur the National Eye Institute

Sumber:http://www.nurseha.com