Peristiwa alam agak aneh terjadi di pesisir Pantai Samiana, Gilimanuk, Jembrana. Puluhan meter persegi tanah pantai tiba-tiba anjllok ke laut, kemudian membentuk sebuah palung berkedalaman sekitar 50 meter. Peristiwa alam hampir serupa juga terjadi di Pantai Penyu Lepang, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung.Kejadian aneh di Pantai Samiana, Gilimanuk, pertama kali dilihat beberapa warga yang tengah memancing di sekitar pantai, Kamis (2/3) sore sekitar pukul 15.30 Wita. Ketut Reta, salah seorang saksi mata menuturkan, dia dan dua orang rekannya yakni Budi dan Gatot, serta sejumlah pemulung, terkejut ketika menyaksikan lahan pesisir tiba-tiba tertarik dan lenyap ke dalam lautan. Padahal, tidak ada gelombang besar yang menghantam. Sebuah pusaran air terlihat berputar-putar di sekitar laut tersebut. "Kejadiannya terus menerus. Setiap saat, sekitar setengah meter tanah lenyap kemudian luruh ke laut," tutur Ketut Reta, Jumat (3/3).
Kejadian ini langsung dilaporkan ke aparat kelurahan, karena dikhawatirkan akan membahayakan. Warga pun datang berbondong-bondong menyaksikan kejadian langka ini. Hingga Jumat kemarin, tanah pasir seluas 70 meter x 50 meter yang biasa digunakan sebagai lapangan bola telah lenyap berubah menjadi palung air. Lahan yang dulunya landai ini sekarang menjadi curam, mirip tebing. Bibir pantai yang Kamis pagi masih jauh di Selatan, sorenya sudah menjorok masuk ke Utara. "Ini sangat aneh. Kalau abrasi, saya kira bukan seperti ini," ujar seorang warga.Khawatir lahan terus anjlok, sejumlah warga kini berjaga-jaga bersama sejumlah aparat kepolisian sambil membangun tenda di dekat lokasi. Mengingat lokasi dianggap perlu diwaspadai, pihak kepolisian juga telah memasang police line di sepanjang pesisir yang anjlok. Warga diimbau untuk tidak mendekati lokasi karena lahan tanah pasir masih terus melorot. Namun, beberapa warga yang mendengar kabar ini, masih saja mendekati lokasi untuk melihat dari dekat.
Aparat kelurahan pun telah melaporkan kejadian ini ke Pemkab Jembrana. "Kami sudah koordinasikan dengan pemkab terutama menyangkut masalah teknis. Apakah nanti perlu mendatangkan ahli atau bagaimana.Sedangkan untuk langkah niskala kami koordinasikan dengan bendesa adat," terang Lurah Gilimanuk, I Nengah Ledang. Bendesa Adat Gilimanuk, Nyoman Sumerta mengungkapkan, pihaknya masih mengkoordinasikan rencana menggelar pecaruan di sekitar lokasi. Pasalnya, dari pawisik yang didapat sebelumnya, kejadian ambrolnya tanah pesisir berkaitan dengan dunia gaib (niskala).Tanpa merinci lebih jauh, Sumerta mengatakan, ada yang kurang pada saat dilakukan upacara mendem pedagingan palinggih Padmacapah yang berdiri di pesisir Barat. Dia juga mengatakan, lahan yang ambrol bersama lahan lainnya di sekitar pesisir yang luasnya 1 hektare, tergolong disakralkan warga setempat. Beberapa warga juga mengatakan areal tersebut dikenal tenget (angker).
Terkait kejadian aneh ini, pihak Pembangkis Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang memiliki dermaga kapal tanker di Selatan lokasi tanah ambrol, langsung melakukan pengukuran. Menurut informasi, lahan yang telah lenyap sudah mencapai 70 meter ke darat, dengan panjang pesisir 50 meter, dan membentuk palung sedalam 50 meter. Hingga berita ini ditulis, warga terus berduyun-duyun menyaksikan kejadian aneh tersebut. Kajadian hampir mirip juga muncul di Pantai Penyu Lepang, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung. Hektaran tanah sawah milik warga di pantai yang banyak penyu---sehingga disebut Pantai Penyu Lepang---tersebut telah lenyap. "Tanah milik saya kini hanya tinggal tonggak dan bongkol (onggokan bekas) kelapa saja," ungkap I Nyoman Rugig, 70, salah seorang tetua warga setempat, Jumat kemarin.
Ditemui NusaBali di Pantai Penyu Lepang kemarin, Rugig lantas menunjuk lokasi tanahnya yang tinggal tanggul ujung sisi Utaranya. Menurut Rugig, lenyapnya tahan milik warga di pantai ini memang bukan tiba-tiba, tapi tergerus abrasi yang kian mengganas belakangan. Sejak abrasi mengganas tahun 1972-an, bibir Pantai Lepang sudah bergeser sekitar 1 km ke arah Utara. "Karenanya, belasan petani di Lepang sudah kehilangan lahan akibat abrasi tersebut. Banyak tanah mereka sudah ditelan laut," kata Rugig seraya menunjuk ke tengah laut.Hal senada juga disampaikan Bendesa Pekraman Lepang, I Wayan Mudita. Dia memberikan data luas wilayah Desa Lepang yang kini berkurang hampir sepertiganya. Sebelum abrasi mengganas di tahun 1972, luas Desa Pekraman Lepang sekitar 150 ha. "Tapi, saat pengukuran terakhir, hanya tingggal sekitar 92 ha," kata Mudita. Mudita memastikan pengurangan luas tersebut karena faktor abrasi yang terus menerus dan kian ganas. Saking ganasnya, pernah pada 1990 lalu air laut masuk hinggga ke jaba Pura Dalem Sila Pegat, yang lokasinya sekitar 400 meter dari bibir pantai. Ditambahkan Mudita, sekitar tiga bulan lalu juga pernah ada tim survei pantai dari Italia yang datang ke Pantai Penyu Lepang dan Pantai Tegalbesar (sebelah Barat Pantai Penyu Lepang). Hasil survei menunjukkan: kondisi Pantai Penyu Lepang sudah sangat mengkhawatirkan.
Sementara itu, dari pantauan NusaBali kemarin, tak ada pihak terkait baik dari Pemkab Klungkung maupun Pemvrop Bali yang melakukan langkah nyata, termasuk upaya penyelamatan Pantai Penyu Lepang. Padahal, pantai ini dikenal sebagai habitat penyu langka. Di sanalah penyu-penyu kerap bertelor
(Sumber :http://ajuzzlepax.blogspot.com)