Bukan hanya ilmuwan saja, orang awam seperti kita pun, juga berharap mengetahui dengan pasti dan bukannya perkiraan saja bahwa 5.000, 500 ribu, 100 juta, 500 juta, bahkan 2 miliar tahun yang lalu, apa yang telah terjadi dengan bumi, makhluk hidup kala itu adakah perbedaannya dengan sekarang?
Maret 2005, ilmuwan Australia mengumumkan telah menemukan sejumlah fosil penyu kuno yang pernah hidup pada 110 juta tahun yang lampau. Fosil-fosil tersebut ditemukan di timur laut Negara Bagian Queensland, Australia.
Cole, ahli biologi makhluk hidup zaman kuno mengatakan, “Fosil-fosil tersebut kelihatannya tidak ada perbedaan yang terlalu besar dengan penyu zaman sekarang. Penyu sepertinya sejak awal adalah hasil karya sang Pencipta, selain itu mereka juga selalu mempertahankan kondisi seperti itu.”
Di dalam kurun waktu yang begitu panjang, pada dasarnya nyaris tidak terjadi perubahan apapun pada penyu.
Belakangan ini, museum sejarah nasional Paris, Perancis beserta ilmuwan dari pusat penelitian ilmiah negara dari Strasbourg mengumumkan sebuah penelitian bersama terbaru. Disebutkan untuk kali pertama sebuah mikro-organisme kelautan yang utuh berupa semacam hewan liar minimal berusia 100 juta tahun yang dibalut oleh ambar.
Penelitian menunjukkan, penemuan tanpa disengaja di daerah istimewa Perancis Selatan, bisa dilacak hingga minimal 20 juta tahun yang lampau. Pada masa rumput laut bersel satu yang disebut Bacillariophyta muncul di bumi.
Boleh dibilang, di dalam hasil penelitian ilmiah itu sudah dipastikan pada 20 juta tahun yang silam eksis makhluk hidup mikroba laut semacam ini, yang sekarang ditemukan bahkan 100 juta tahun yang lalu sudah eksis, padahal juga masih jenis makhluk semacam itu.
80 juta tahun lalu, rumput laut bersel satu kenapa tidak berkembang menjadi amphibi? Bahkan tidak sampai berkembang ke makhluk bersel kompleks? Ini betul-betul telah mengingkari segenap penelitian ilmiah di dalam text book.
Pengarang yang mewartakan penelitian ini yakni Saint Martin, merangkap ilmuwan museum sejarah nasional Paris menunjukkan, penemuan ini bersamaan juga menantang teori parsial dari evolusi organisme tersebut dan membuktikan penelitian ilmu molekular genetika.
Anggota penelitian di dalam pernyataan itu menyatakan, “Penemuan ini akan memperdalam pemahaman kita tentang jenis biota laut yang telah lenyap tersebut, berbarengan dengan itu menyediakan materi yang sangat berharga tentang situasi kelautan pada Periode Kapur atau Cretaceous di wilayah barat Perancis.”
Periode Kapur adalah antara masa 145 juta hingga 65 juta tahun yang silam. Dewasa ini, di dalam penemuan baru tersebut masih berupa satu misteri yang belum terjawab, “Biota laut kenapa bisa terbungkus di dalam ambar yang terbentuk oleh tetesan getah pohon?”
Secara jujur dikatakan, ilmuwan zaman sekarang juga terheran-heran, mereka hanya memperkirakan: penggambaran yang paling mungkin ialah, hutan yang menghasilkan ambar sangat dekat dengan tepi pantai, organisme model kecil yang terkandung makhluk mengapung primitif, barangkali telah diantar ke tengah daratan oleh air bah yang terbentuk oleh angin kencang ataupun angin puyuh.
Sebetulnya benarkah demikian, tidak begitu penting, yang terpenting ialah berita seperti itu telah menguak sebuah informasi yang sangat peka. Yakni sebuah jenis makhluk hidup telah melalui beberapa puluh juta tahun, bahkan ratusan juta tahun pun tidak mengalami perubahan, adalah karena ia dan jenis makhluk lainnya pada dasarnya tidak memiliki hubungan intern dan eksternal. Mereka termasuk kerajaan yang berbeda, mereka memiliki raja dan majikannya sendiri.
Jika benar begitu halnya, tidak saja telah menjungkir-balikkan teori evolusi, selain itu masih terdapat sebuah pertanyaan yang membuat orang tak hentinya mengejar dan tak hentinya berdebar:
Siapa yang menciptakan kehidupan ini? Mengapa harus menciptakan kehidupan tersebut? Manusia berasal dari mana? Mengapa manusia mau datang ke bumi? Selama berabad-abad lamanya sedang menunggu apa?… Apakah sedang menanti kedatangan tuan mereka? (Epochtimes/whs)ERABARU.OR.ID