Pernyataan itu muncul dalam konferensi yang diadakan American Association for Cancer Research, yang membahas tentang penularan virus human papilloma (HPV) dalam kasus kanker leher dan kepala. Infeksi HPV menyebabkan jumlah kejadian kanker oropharyngeal, yang meliputi tumor di tenggorokan, tonsil, dan permukaan lidah, naik sangat drastis. Padahal, studi tumor jaringan oropharyngeal pada 20 tahun lalu hanya menunjukkan infeksi HPV sebesar 20 persen.
"Ini adalah tren yang nyata. Karena itu, fakta bahwa angka kejadian kanker orophrayngeal meningkat seharusnya menjadi perhatian," kata Scott Lippman, MD dari University of Texas MD Anderson Cancer Center. Kalau dulu merokok dan alkohol dituding sebagai biang utama penyebab kanker mulut, kini penyebab terbanyak beralih pada infeksi HPV. American Cancer Society menyatakan bahwa berdasarkan diagnosis, lebih dari separuh kasus kanker oropharyngeal disebabkan virus HPV.
"Perubahan perilaku seksual dalam 20 tahun terakhir, khususnya oral seks, ikut meningkatkan kejadian kanker," kata Chief Medical Officer ACS Otis Brawley. Bukti juga menunjukkan, infeksi HPV secara oral juga meningkatkan faktor risiko kanker esophagus (kerongkongan), lanjut Brawley. Berdasarkan hal itu, menurut Lippman, kini sasaran dokter untuk menyebarkan informasi tentang kanker oropharyngeal bukan lagi orangtua dan perokok, melainkan orang muda, karyawan, juga para remaja yang belum memahami seks yang sehat. Para ahli juga sepakat bahwa oral seks bukanlah seks yang aman!