Panduan Hadapi "The Liars"

Maraknya penipuan dalam transaksi bisnis online, tak perlu menimbulkan ketakutan berlebihan. Pakar Strategi dan Pemasaran Bisnis Online, Nukman Luthfie, mengatakan, dalam berbelanja online diperlukan sikap waspada. Sebab, dasar dari transaksi di dunia maya ini bermodal trust alias kepercayaan.

Nah, apa yang harus dijadikan panduan berbelanja online secara aman?
Salah satu yang sedang booming adalah menjamurnya toko online di situs jejaring sosial Facebook. Nukman mengungkapkan, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah meng-capture dan menyimpan data-data penting, baik pemilik toko maupun pembeli. Keduanya bisa menghindari dan berjaga-jaga jika suatu waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.

“Account FB (Facebook) bisa dibuat oleh siapa saja, orang bisa berganti akun kapan dia mau. Jangan lupa menyimpan datanya seperti nama, dan identitas lainnya setiap ada transaksi di FB. Capture beberapa fotonya, kalau bisa foto yang tidak sendiri, lihat konsisten enggak fotonya. Kita kan enggak tahu dia yang mana,” kata Nukman kepada Kompas.com pekan lalu.

Nukman menyarankan, jangan melayani undangan berteman (request friend) yang tanpa menggunakan foto profile. Hal ini untuk mencegah akun tak bertanggungjawab.

Berikutnya, amati profile orang yang bersangkutan dan aktivitas di wall-nya. “Dari situ kita bisa tahu karakter orangnya bagaimana. Amati komentar-komentar orang lain bagaimana. Jadi langkahnya, berteman dulu, cek profile-nya, kemudian yakini bahwa dia benar, tidak fiktif,” ujarnya.

Langkah selanjutnya, jangan melakukan transaksi besar untuk pertama kali transaksi. Sebaiknya, beli satu atau dua items untuk melihat apakah penjual bisa dipercaya. Nukman juga mengingatkan, jika transaksi besar jangan menggunaan down payment atau uang muka.

“Kalau beli besar, ketemu dulu lebih baik. Atau, untuk penjual, minta full payment. Kalau bayar DP riskan ditipu ketika si pembeli sudah mendapatkan barangnya, dia bisa kabur begitu saja,” kata Nukman.

Kelemahan mengamati hal-hal diatas, seringkali dimanfaatkan sebagai celah bagi komplotan penipu untuk mengeruk keuntungan. Setidaknya, itu pula yang terungkap dari sejumlah cerita para pemilik onlineshop dan pembeli yang dituangkan dalam laman grup “Blacklist & Whitelist Seller or Buyer of The Onlineshop”.

Tak sedikit penjual yang ditipu pembelinya. Modusnya, melakukan pembelian dalam jumlah besar dan membayar uang muka. Kemudian, sang pembeli meminta barang segera dikirimkan. “Karena sudah percaya, maka penjual mengirimkan barangnya, setelah itu pembelinya kabur,” ujar pengelola grup “Blacklist & Whitelist Seller or Buyer of The Onlineshop”, Chairunnisa Dian.

Hal yang sama juga terjadi pada pembeli. Pemilik toko online fiktif kerap mendesak pembelinya segera mentransfer sejumlah uang. Setelah uang ditransfer, ia akan di-remove dari daftar teman dan sulit dilacak keberadaannya. Admin grup yang merupakan wadah bagi penjual dan pembeli itu pun memberikan sejumlah panduan aman bagi pembeli dan penjual dalam bertransaksi online.

Hal awal yang bisa dipantau oleh calon pembeli :
Cek nomor telepon dan e-mail. Kemudian coba lakukan pencarian di search engine di Google. Dari pencarian ini, biasanya akan diketahui profil-profil penjual yang pernah melakukan penipuan.

Cek alamat lengkap penjual, telepon berikut kode areanya dan hubungi nomor tersebut.

Bisa menggunakan jasa perantara transaksi seperti http://www.skbdn.com

Untuk penjual:
1. Waspadai jika ada buyer yang mengatakan, "Saya minta cepat barang di antar hari ini dengan jumlah xxxx.. (agak banyak)". Tak jarang ini hanya untuk mendapatkan barang tanpa melakukan pembayaran.

2. Modus lainnya, "Saya udah transfer tolong kirim cepat" dan ternyata transferan tidak pernah dilakukan. Namun, cara ini cenderung bisa dihindari karena sebagian besar pemilik toko online sudah menggunakan SMS atau internet banking sehingga bisa melakukan pengecekan langsung.

3. Hindari transaksi Sabtu dan Minggu, karena pada hari tersebut mutasi rekening internet banking ikut libur.

Bisnis online memang memberikan keuntungan baik bagi pembeli atau penjual. Seorang konsumen online, Lina mengatakan, dengan berbelanja online, ia merasa dimudahkan dari sisi waktu dan bisa menjelajah banyak barang di beberapa onlineshop untuk mendapatkan harga termurah.

“Enggak capek. Bayangkan, kalau kita belanja ke mall, keliling kesana sini kan capek. Apalagi kadang enggak bisa ditawar. Belanja online, kita masih bisa nawar dan barangnya juga bagus-bagus kok. Harganya kadang juga lebih murah. Alhamdulillah, saya sih ketemu onlineshop yang baik-baik aja. Biasanya saya komunikasi dulu untuk tahu karakter penjualnya. Setelah itu feeling aja, oh ini bisa dipercaya,” ujar Lina.

So, hanya perlu waspada, tak perlu “parno”! (Habis)

Sumber:http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/04/19/1103278/Panduan.Hadapi.The.Liars-8#